♦️ Makalah Tentang Konflik Sosial Masyarakat Pertanian

Search Makalah Tentang Covid 19 Terhadap Pendidikan. CONTOH JURNAL - Inilah makalah tentang covid 19 yang Anda perlukan Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok, MAKALAHSTUDI MASYARAKAT MADURA Diajukan unuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Responden diberikan Makalahini berjudul “Interaksi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan" sesuai dengan judul mata kuliah yang telah dilaksanakan. makalah ini ini disusun sebagai syarat dalam mengikuti mata kuliah Sosiologi Hutan. Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. sebagai dosen penanggungjawab dan kepada pihak pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah 2 A. Sruktur Konflik Sosial 1. Teori Konflik “Konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua Konflikantara Palestina dan Israel telah berlangsung lama sejak tahun 1947. Pada masa itu tepatnya pada bulan Mei, dilakukan pembagian wilayah antara Israel dan Palestina yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hasil dari pembagian wilayah adalah 54% dari wilayah diserahkan untuk Israel sedangkan sisanya untuk Palestina yakni 46%. 5 Fasilitator juga mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan kelompok dan menjaga kelompok agar tetap bergerak dan maju. 6. Fasilitator mempunyai tanggung jawab untuk mengendalikan dan menguji semua latihan-latihan baru atau latihan yang belum pernah digunakan. 3.5 Peran dan Fungsi Fasilitator. ContohKonflik Sosial di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Diperbarui Pada: 18 September, 2021 oleh Farkhan Ramadhan, S.E. Contoh Konflik Sosial – Lahirnya ilmu sosiologi sebagai suatu Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari yang namanya konflik sosial. Dan tentunya di setiap negara banyak terjadi konflik misalnya di Negara Prancis. Ushuluddin& Filsafat UIN Jakarta) PROSES TERBENTUKNYA MASYARAKAT A. Pengertian Masyarakat Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat AnandaB Saafroedin. Kusuma. Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, Nannie Hudawati (Penyunting)., Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia TranslatePDF. MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasilpenerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur sosial dan organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan proses perubahan sosial yang terjadi. ViewMakalah LPH Semester AA 1Konflik Norma Dan Hukum ( Konflik Norma Sosial Masyarakat ) KATA PENGANTAR Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas kasih MEMBEDAHTEORI SOSIOLOGI: Teori Pertukaran (Exchange Theory) George Caspar Homans. Article. Full-text available. May 2016. Wardani Wardani. View. Show abstract. RALPH DAHRENDORF’S CONFLICT 7Tmwa. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Konflik Sebelum lebih jauh berbicara tentang konflik ada baiknya diketahui dulu arti konflik. Beberapa ahli memberikan definisi tentang konflik dari sudut pandang masing-masing. Berikut ini adalah pendapat mereka tentang pengertian konflik. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis 1977, konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. 1. Menurut Gibson, et al 1997, hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. 2. Menurut Robbin 1996, keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan. 3. Muchlas 1999, Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. 4. Menurut Minnery 1985, Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. 5. Menurut Berstein 1965, Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia. 6. Menurut Pace dan Faules 1994, Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami. 7. Robert Lawang, Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, di mana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya. 8. Ariyono Suyono, Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak. 9. James W. Vander Zanden, Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka. 10. Soerjono Soekanto, Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orangorang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekadar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya. B. Teori-teori Penyebab konflik Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori mengenai penyebab konflik. a. Teori Hubungan Masyarakat Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. b. Teori Negosiasi Prinsip Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. c. Teori Kebutuhan Manusia Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. d. Teori Identitas Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. e. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. f. Teori Transformasi Konflik Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. C. Faktor-faktor Penyebab Konflik 1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. 2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. 3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. 4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada. D. Akibat Konflik Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut a. meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ingroup yang mengalami konflik dengan kelompok lain. b. keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai. c. perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll. d. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. e. dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. E. Solusi Penyelesaian Konflik Berikut ini solusi yang dapat ditawarkan untuk meminimalisir terjadinya konflk a. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik. b. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya. d. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. e. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. B. SARAN Penyebab dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan konflik sangat beragam oleh karena itu diperlukan benteng toleransi yang sangat besar untuk meminimalisir perbedaan yang ada sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik tersebut. DAFTAR PUSTAKA Orang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapat ditemukan di berbagai wilayah tanah air. Jiwa merantau dan desakan ekonomilah yang mengakibatkan orang Madura terdapat di berbagai wilayah tanah air. Tidak terlalu banyak suku bangsa Indonesia yang memiliki jiwa merantau. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MAKALAHSTUDI MASYARAKAT MADURADiajukan unuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Masyarakat IndonesiaDosen Pengampu Bagja Waluya, oleh Duha Khasanah Astari 1801917Fikri Fauzan Mahendra Alam 1807940Shafa Anitasyah 1804043PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGIFAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2019 KATA PENGANTARPuji syukur penyusun panjatkan kepada Allah atas berkat dan rahmat-Nyasehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “StudiKemasyarakatan Madura”. Makalah ini berisi tentang pemahaman materi terkaitkarakteristik masyarakat Madura dan perbandingan masyarakat Madura dengan Jawayang merupakan serumpun tapi nyatanya penyusunan makalah ini, penyusun menjumpai hambatan, namun berkatdukungan dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikannya dengancukup baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penyusun inginmengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telahmembantu di dalam proses penulisan makalah hasil observasi ini antara lain 1. Bagja Waluya, selaku Dosen Mata Kuliah Studi Masyarakat Indonesia2. Orang tua, dan teman-teman Pendidikan Sosiologi 20183. Pihak-pihak yang telah membantu penyusun yang tidak bisa disebutkan segala kebaikan dan keikhlasan dari pihak-pihak tersebut yang telahmemberikan dukungan bagik secara moril dan materil mendapatkan balasan dariAllah SWT. Penyusun berharap semoga makalah ini memberikan manfaat yang besarbagi kita semua yang membutuhkan. Bandung, 23 Oktober 2019Penyusun DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...................................................................................................iDAFTAR ISI................................................................................................................iiBAB I............................................................................................................................4PENDAHULUAN........................................................................................................ Latar Belakang.............................................................................................. Rumusan Masalah........................................................................................ Tujuan Penelitian.......................................................................................... Manfaat Penelitian........................................................................................6BAB II...........................................................................................................................7PEMBAHASAN........................................................................................................... Karakteristik dasar Masyarakat Madura.................................................. Sistem Sosial Masyarakat Madura............................................................ Sistem Ekonomi Masyarakat Madura...................................................... Sistem Kekerabatan Masyarakat Madura...............................................15BAB III.......................................................................................................................17PENUTUP.................................................................................................................. Simpulan...................................................................................................... Saran............................................................................................................17DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18 BAB Latar BelakangOrang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapatditemukan di berbagai wilayah tanah air. Jiwa merantau dan desakan ekonomilahyang mengakibatkan orang Madura terdapat di berbagai wilayah tanah air. Tidakterlalu banyak suku bangsa Indonesia yang memiliki jiwa merantau. Suku bangsaMinangkabau, suku bangsa Batak, termasuk suku bangsa Jawa khususnya orangWonogiri dan Gunung Kidul adalah contoh suku bangsa lain yang mempunyaijiwa merantau. Pada umumnya alasan desakan ekonomi dan faktor kelangkaansumber daya alam, yang mendorong orang-orang dari berbagai suku bangsa iniharus tinggal di pula, dorongan orang Madura meninggalkan kampunghalamannya karena keinginan untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonominya,mengingat sumber daya alamnya sangat minim. Di perantauan orang Maduralebih banyak bekerja di sektor swasta dan jasa. Dibandingakan suku bangsalainnya, masih sedikit orang Madura yang berhasil menduduki pimpinan di levelnasional. Kurang berhasilnya orang Madura menjadi pimpinan di level nasionallebih disebabkan terbatasnya aset yang dimiliki daerah sumber daya ekonomiyang kurang dan jaringan infra strukturnya yang masih terbatas dan kesempatanyang terbatas untuk mengakses kekuasaan, sehingga orang Madura kalah bersaingdengan suku bangsa orang Madura termasuk kategori suku bangsa Jawa juga,meskipun agak berbeda dengan suku bangsa Jawa lainnya. Logat daerah menjadiciri khas orang Madura yang mudah dikenali oleh suku bangsa lainnya. OrangMadura juga tidak mengenal penggunaan tingkatan bahasa sebagaimana yangdipakai oleh suku bangsa Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Aspekpenggunaan bahasa inilah yang digunakan secara mudah oleh para ahli Antropologi sebagai indikator untuk menentukan kharakteristik khas dan uniksuatu suku bangsa tertentu. Budaya priyayi juga tidak dikenal oleh orangMadura, sebab pada masa lampau di wilayah Madura tidak banyak berkembangkerajaan-kerajaan seperti di kedua pusat budaya Jawa tersebut di atas. Di wilayahMadura, hanya Sumenep yang pernah berkembang kerajaan meskipun hanyabersifat local. Meskipun jiwa merantau orang Madura sangat tinggi, namun di sisi lainkehadiran orang Madura di negeri orang menimbulkan problem sosial, ketikaorang Madura harus berhubungan dengan penduduk setempat atau dengan sukubangsa lain. Bahkan dalam beberapa kasus hubungan sosial itu sampaimenimbulkan konflik tragis, antara orang-orang Madura di Sambas, di Sampit,serta di beberapa tempat di Jakarta dengan yang dikategorikan sebagai penduduklokal’, apakah etnik Betawi, etnik Sunda, atau etnik lainnya. Dari berbagai kasuskonflik antar orang Madura dengan penduduk lokal, dari satu sisi mengukuhkanstereotip tentang orang-orang Madura sebagai orang yang keras, temeramental,tetapi gigih, tekun, dan alim; dan di sisi lain menyimpan banyak kegalauan’ bagiorang-orang bukan pemaparan diatas, inilah yang mendorong penyusun untukmenyusun makalah ini. Bagaimana karakteristik orang Madura ? Sejauh manakehidupan orang Madura di perantauan, khususnya dalam hal hubungan sosialdengan penduduk setempat ? Dalam makalah ini diberikan contoh budayaMadura dengan banyak membandingkan budaya Jawa, sebab kedua budayatersebut termasuk serumpun. Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar parapembaca memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kebudayaan orangMadura, baik dari perspektif orang luar maupun dari orang Madura sendiri. Rumusan MasalahRumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut1. Bagaimana karakteristik dasar masyarakat Madura?2. Bagaimana sistem sosial masyarakat Madura dengan masyarakat setempatpenduduk sekitar?3. Bagaimana sistem perekonomi masyarakat Madura?4. Bagaimana sistem kekerabatan masyarakat Madura? Tujuan PenelitianAdapun tujuan penyusunan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat Untuk memahami sistem sosial masyarakat Madura dengan masyarakatsetempat penduduk sekitar .3. Untuk mengetahui sistem perekonomi masyarakat Untuk mengetahui dan memahami tentang sistem kekerabatan Manfaat PenelitianAdapun tujuan penyusunan makalah ini adalah 1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi ilmiahpada kajian tentang studi masyarakat Secara Praktis, penelitian ini diharapkan memberi manfaat melalui analisisyang dipaparkan, serta sebagai sarana penambah wawasan tentangmasyarakat Madura bukan hanya bagi penulis melainkan juga bagimasyarakat IIPEMBAHASAN Karakteristik dasar Masyarakat MaduraBeberapa karakter dasar orang Madura adalah sebagai berikut. Pertama,ejhin secara harfiah berarti sendiri-sendiri merupakan pembawaan dasar orangMadura yang cenderung bersifat individualistis walaupun tidak tersebut sangat menekankan pada rasa ketidaktergantungan dirinyapada orang lain. Peribahasa Madura yang menggambarkan pembawaan ejhinadalah satendhak sapeccak secara harfiah berarti selangkah sekaki. Peribahasatersebut dimaksudkan untuk menyatakan kedekatan dan kejauhan nisbi ukuranikatan kekeluargaan. Jarak antara diri seseorang dengan sepupu satendhak dansaudara kandung sapeccak hampir tidak ada bedanya. Keduanya sama-samadekat sekaligus sama-sama jauh. Ketidak pedulian dan rasaketaktergantungannya yang ekstrem pada anggota sanak keluarga adakalanyadinyatakan dengan peribahasa ta’ abau sendu’ ta’ abau centong secara harfiahberarti tidak berbau senduk tidak berbau centong untuk menunjukkan takberartinya hubungan darah yang ada. Di samping itu juga ada peribahasa lainyang menunjukkan hal yang sama, yaitu oreng dhaddhi taretan, taretandhaddhi oreng secara harfiah orang lain jadi saudara, saudara jadi orang lain.Peribahasa tersebut menunjukkan bahwa sanak keluarga bisa juga menjadi“orang luar” sama sekali, apabila terhinggapi perasaan aba’ saaba’ hanyadirinya sendiri sehingga ia akan bersikap odi’ kadhibi’ bersikapindividualistis yang berimplikasi pada sikap tidak perlu memikirkan oranglain. Orang seperti itu akan dikatakan martabbat oreng elanyo’ ba’a sepertiorang terhanyut banjir, sebab ia akan mencari keselamatan dan alur hidupnyasecara prinsipnya pembawaan ejhin ini secara umum akan membentukkarakter orang Madura yang bisa bersikap toleran menghadapi lingkungannyasepanjang hal tersebut tidak mengganggu kepentingan dirinya, baik langsungmaupun tidak langsung. Karakter ini boleh jadi merupakan implikasi langsungdari keadaan geografis tanah Madura yang gersang, sehingga setiap orang Madura berpantang berpangku tangan untuk menyerah pada keadaan yangtidak bersahabat pada hidupnya. Setiap orang Madura dituntut untuk bekerjakeras agar tetap survive tanpa banyak mengeluh dan menggantungkanhidupnya pada orang lain. Pada saat orang Madura berhasil mengatasikesulitan hidupnya, tidak bisa dipungkiri secara psikologis orang Maduraakan beranggapan bahwa itu adalah hasil usaha kerja kerasnya. Ketidaktergantungan pada orang lain dan sikap mandiri secara terus menerus untuksurvive dalam waktu yang relatif lama dengan sendirinya akan membentukkarakter ejhin pada orang lain karakter ejhin tersebut adalah orang Madura memilikipotensi bersikap dan berpendirian bebas tanpa tergantung atau terpengaruhpada lingkungan sekitarnya. Di samping itu orang Madura juga berpotensimemiliki sikap yang teguh tak tergoyahkan pada pilihannya sendiri yangberakar dari sikap mandiri dan tidak tergantung dari orang lain. Sikap ini akanberubah dengan segera manakala ditemukan ada kecenderungan merugikandirinya baik langsung maupun tidak langsung. Orang Madura akan bersikaptoleran, bersahabat jika kepentingan dirinya tidak terusik, dan akan terjadisebaliknya manakala kepentingannya mulai diusik oleh seseorang atausekelompok orang. Apabila hal ini yang terjadi maka orang Madura akanberingsut untuk mulai mengubah sikap teguhnya menjadi sikap-sikap yanglain demi keselamatan kepentingan kaku dan kasar gherra. Karakter orang Madura yang keduaini seperti perumpamaan akanta sa’ar gherrana seperti ijuk arenkekakuannya. Perumpamaan tersebut diduga muncul dari pengamatan orang-orang tua Madura tempo dulu saat lidahnya merasakan kekasaran potonganijuk yang mengotori penganan yang terbuat dari tepung sagu aren yang halusdan lembut. Ibarat ini tepat sekali untuk diterapkan pada seseorang yangdalam bergaul tidak lentur sikapnya, tidak halus perilakunya dan tidak lemahlembut tutur katanya. Oleh karenanya ketika orang Madura berhasil meraihkesuksesan dengan kerja kerasnya dalam mengatasi tantangan alam secaratidak mudah, kemudian secara pelan-pelan akan dihinggapi rasa ketakutan hilangnya kesuksesan tersebut. Perasaan tersebut membuat orang Maduraselalu curiga dan tidak percaya pada orang lain, sehingga segala hal yang telahberhasil diraihnya secara gemilang akan dibelanya secara kaku, bahkannyawapun dipertaruhkan. Perilaku seperti inilah yang kemudian oleh orangluar dinilai kaku dan kasar tetapi memang pembawaan kaku dan kasar tersebutsangat sulit dihilangkan, walaupun yang bersangkutan termasuk kaku dan kasar dalam diri orang Madura berpotensimemunculkan sikap dan perilaku apa adanya yang betul-betul merupakanpengejawantahan isi hatinya. Orang Madura akan bersikap, berkata danberperilaku sesuai dengan apa yang dirasakan dalam hatinya, walaupunterkadang terkesan kurang mempedulikan perasaan orang lain. Di situlahkemudian orang luar Madura melihat dan merasakan sikap dan perilaku yangkaku dan kasar. Sikap, perkataan dan perilaku “apa adanya” juga berpotensimemunculkan sikap negatif berupa konflik. Konflik tersebut bisadimungkinkan terjadi karena adanya pembawaan orang Madura berupa sikap,perkataan dan perilaku kaku dan kasar, seperti yang telah dipaparkan di pembawaan kaku dan kasar tersebut masih ditambah lagipembawaan yang lain, seperti ejhin dan pemberani bangal addhu ada’ jikadirinya berada dalam posisi yang kukuh koko. Keteguhan orang Madura dalam memegangkeyakinan, pendirian, kecondongan hati, pendapat dan juga perkataannyatidak pernah terlepas dari pengamatan orang luar. Pembawaan selalu kokokukuh, teguh dalam bersikap ini selalu muncul terutama dalam keadaansuasana lingkungan yang serba tertib, saat hukum dan peraturan sertaperundangundangan yang berlaku tertegakkan secara mapan. Sejalan denganitu, orang Madura sangat menghormati dan menyenangi orang yang kokooca’na teguh kata-katanya karena akan ekenneng talee cacana dapat diikatperkataannya, dengan kata lain dapat dipercaya kata-katanya. Oleh karena ituorang tidak perlu lagi acaca dukale berkata dua kali sebab kesimpulan pembicaraannya tidak akan berubah. Perkataan itu hendaklah bukan sesuatuyang diucapkan oleh seseorang yang acaca duwa’ “bercabang lidahnya”,tetapi merupakan kata-kata seorang ksatria, agar dapat dipercaya kaitannya dengan sifat seseorang yang harus bisa etegghu’ jhanjhina dapatdipegang janjinya.Pembawaan kukuh yang disandang orang Madura tersebut dalamperspektif yang lebih luas berpotensi mengantarkan orang Madura untukselalu loyal pada pekerjaan, setia pada atasan atau juga patuh pada sistem danpranata yang ada. Kepatuh-taatan orang Madura, seperti pako ngenneng kakaju paku menancap di sebatang kayu. Akan tetapi, ada satu hal yang tidakboleh dilupakan, yaitu pimpinan kelompok yang mampu menyihir danmengomando anggota kelompoknya. Dalam masyarakat Madura pimpinankelompok biasanya dipegang oleh para kyai, para kepala desa klebun danpara blater pimpinan kelompok di dunia hitam.Orang Madura yang berada dalam posisi sebagai anggota dalam suatukelompok tertentu akan memberikan sikap loyal yang luar biasa padakelompoknya masing-masing manakala ada “jaminan” baik bersifatekonomis, psikologis maupun “religius” dari para pimpinannya. Jaminanekonomis mengarah pada proses terciptanya suasana kehidupan yangberaroma kemakmuran, sedangkan jaminan psikologis lebih mengarah padaikatan “kekeluargaan” dalam satu kelompok dengan visi dan misi yang sama,senasib dan seperjuangan. Pada aspek “religius” sebenarnya memilikipengertian adanya spirit yang sama untuk memperjuangkan, memajukan danmengembangkan kelompoknya demi keuntungan bersama. Hal-hal sepertiitulah yang mampu melahirkan sikap, perkataan dan perilaku orang Madurauntuk selalu loyal pada pekerjaan, keyakinan dan atasannya. Keempat, saduhuna apa adanya. Lingkungan sekitar, sumber dayaalam, produk seni budaya, kosakata bahasa, harta benda, dan segala sesuatuyang mengelilingi keseharian orang Madura dapat dikatakan serbakekurangan dan miskin variasi. Dengan pembawaan saduhuna inilah orangMadura tidak takut addhu terrang bersikap jujur, dan selalu berkata seadanya untuk menyampaikan segala sesuatu tanpa peduli siapa pun yangberada di hadapannya. Orang Madura juga sangat yakin bahwa oreng jhujhurmate ngonjhur orang jujur mati di tempat tidur dengan sempurna. Orangyang jujur amat dipercaya paling mujur dan sangat berbahagia saduhuna ini berpotensi menciptakan situasi lingkungandimana orang Madura hidup dengan kejujuran dalam bersikap, berkata-katadan berperilaku. Potensi saduhuna ini menyebabkan orang Madura dalam halsikap, perkataan, dan perilakunya tidak berbasa-basi dalam merespons setiapfenomena kehidupan yang tidak disenangi atau sesuatu yang diyakini. Sistem Sosial Masyarakat Madura Seringkali gambaran tentang masyarakat madura yang diberikan olehorang luar bernuansa atau bersifat sangat negatif. Masyarakat etnis lain selalumenggambarkan masyarakat madura sebagai kelompok orang-orang yangkeras, kasar, temprament, mudah tersinggung, dan tidak toleran terhadaporang yang sebenarnya dapat dikatakan identik dengan islam,meskipun tidak semua penduduk memeluk agama islam. Meskipun tidaksemua penduduknya memeluk agama islam, tetapi citra “masyarakat santri”menjadi bagian dari identitas etnis madura. Menjadi haji misalnya, merupakanimpian setiap orang madura, dan mereka akan berusaha keras untukmewujudkannya. Seolah-olah “kesempurnaan hidup” telah dapat dilampauijika bisa mengunjungi tanah suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah “masyarakat santri” juga ditujukkan dalam segi bangunanfisik. Hampir setiap rumah orang madura, di ujung barat halaman, pastidibangun langgar atau musholla sebagai tempat keluarga melakukan lokasi bangunan ibadah yang berada di ujung barat halaman inidimaksudkan sebagai simbolisasi lokasi Ka’bah yang merupakan kiblat bagiorang islam ketika melakukan sholat. Tidaklah mengherankan jikakeseluruhan bangunan hidup dan kehidupan masyarakatnya tidak dapatdilepaskan dari kultur keagamaannya yang teramat khas tersebut. Sehingga kalau diamati tentang aktivitas orang Madura, khususnya dalam keagamaan,terlihat berbeda dari kacamata umum yang memandang orang Madura satu tradisi yang amat penting bagi masyarakat madura adalahandhap-ashor kesopanan yang harus dijunjung tinggi. Karena bagi orangmadura kesopanan adalah nilai-nilai dalam kehidupan. Pentingnya nilaikesopanan ini nampak dari ungkapan ta’tao batona langger atau ta’taopadhuna langger tidak pernah mengenyam sekolah atau pendidikan agama.Maksudnya, orang tersebut belum pernah masuk langgar dan mangaji ataubelum pernah mondok di pesantren, sehingga tidak tahu tatakrama ini untuk orang yang tidak tahu atau melanggar lain yang memberikan nasehat dan ajaran tentang keharusanbersopan-santun adalah pa taoh a lakoh la konah la koneh, pa taohnengenneng, ben pa taoh a ca ca harus tahu saatnya berperilaku, harus tahudimana tempatnya, dan harus tahu berbicara. Pentingnya seseorangberperilaku yang baik nampak dalam ucapan yang sering dinasehatkan orangmadura kepada anaknya, oreng begus ariya benni e nilai deri gentheng otaberaddhin robena, tape deri tatakrmana otabe tengkalakona. Sanajjen begusropana tape tatakramana jube’, tade’ argena. orang baik itu buka dinilai darirupa yang ganteng atau cantik, tetapi dilihat dari tingkahlakunya. Meskipunorang itu rupawan tetapi tidak punya tatakraman kesopanan, orang itu tidakada harga dirinya. Hal ini bermakna bahwa orang madura harus selalu tahuaturan, nilai, dan tatakrama dalam setiap tindakan atau perilaku. Selain itu,setiap kewajiban harus dilaksanakan dengan mendasarkan pada aturan-aturantatakrama yang utama dari nilai-nilai kesopanan adalah penghormatan orangmadura kepada orang lain, terutama yang lebih tua. Nilai-nilai kesopanan inimengatur hubungan antargenerasi, jenis kelamin, pangkat, dan posisi sosialmasyarakat madura sangat mengutamakan penghormatan dan pengahargaan,apalagi kepada yang lebih tua atau yang mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi, sehingga menjadikan nilai-nilai kesopanan menjadi sangatpenting sekali dalam kehidupan tentang agama bagi masyarakat madura adalah identikdengan islam. Islam sangat meresap dan mewarnai pada pola kehidupanmasyarakat. Islam merupakan hal suci yang harus dibela dan pentingnya nilai-nilai agama terungkap dari ajaran abental syahedet,asapo’ angin, apajung Allah. Artinya, masyarakat madura sangat madura tergolong pemeluk islam yang taat. Demikian lekatnyaislam pada masyarakat madura, sehingga akan terdengar aneh apabila adaorang madura yang tidak beragama keagamaan yang seringkali digunakan adalah kiyai. Itulahyang menyebabkan lapisan atas pada strtifikasi sosial ditempati oleh parakiyai. Mereka bukan hanya sebagai pemuka agama namun juga sebagaipemimpin masyarakat. Para kiyai dipandang memiliki kendali legitimasi danotoritas kharismatis, sehingga buah pikirannya mudah sekali untuk yang disandang para kiyai adalah bersifat polymorpie atauberpengaruh penting dalam beberapa bidang sekaligus. Bukan hanya dalambidang keagamaan, melainkan juga dalam kegiatan sosial, bahkan juga yang diberikan masyarakat kepada kiyai sangat besar dianggap sebagai personifikasi yang luas pengetahuannya tentang agamaislam, pembangkit inspirasi dan aspirasi, pembentuk kebijakan yang arif,bahkan dituntut kesanggupannya menjadi seorang politikus yang cerdik. Ciridasar kehidupan sosial budaya tersebut merupakan ciri orang dan masyarakatmadura secara keseluruhan, tak terkecuali orang atau masyarakat etnis madurayang di rantau atauoun yang bertempat tinggal di luar pulau Sistem Ekonomi Masyarakat MaduraSuku Madura merupakan salah satu daerah miskin yang ada di JawaTimur, sehingga kesempatan ekonomi masyarakat Madura sangatlah itulah yang membuat masyarakat Madura dijuluki sebagai masyarakatyang penduduknya banyak merantau, hal itu dikarenakan keadaan wilayahnyayang tidak cukup baik. Tidak jauh bedanya dengan jawa, masyarakat madura yang masihtinggal di tanah kelahiran madura banyak yang menyandarkan kehidupanekonominya dengan mempertahankan tradisi nenek moyang yaitu padapertanian, berkebun, nelayan, berdagang, dan mengangkap ikan. Namun kondisi geografis dan topografis hidraulis dan lahan pertaniantadah hujan yang cenderung tandus sehingga mereka lebih banyak melautsebagai mata pencaharian utamanya. Madura juga dikenal sebagai negerigaram, karena Madura merupakan pemasok, penghasil, dan pengekspor garamterbesar. Selain itu walaupun kondisi tanah Madura tidaklah sesubur di tanahJawa lainnya, namun kondisi tanah tersebut sangat membantumembudidayakan tanaman tembakau dan itu menjadikan Madura sebagaiprodusen penting tembakau dan cengkeh untuk industry kretek domestik yangadaMasyarakat madura pendidikan umumnya masih terbilang rendah olehkarenanya mereka mencoba mengadu nasib pada bidang pekerjaan informalkhususnya perdagangan dan jasa. Masyarakat yang tidak tertampung untukmendapat kerja serta didorong oleh motivasi lain kemudian imigrasi ke luarpulau atau merantau. Itulah sebabnya tingkat mobilitas orang-orang maduracukup tinggi. Mencari alternatif pekerjaan di luar pulau madura banyakdilakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat tidak hanya pergi ke pulaujawa, sumatera, kalinmantan, sulawesi, papua, melainkan juga menjadi TKIdan TKW di luar negeri. Dengan harapan dan tujuan untuk memperbaikitingkat pendapatan atau penghasilan. Arab saudi menjadi pilihan utama,karena negara itu dipilih sebab selain mendapatkan uang, mereka juga bisamelaksanakan Sistem Kekerabatan Masyarakat MaduraIkatan kekerabatan dalam masyarakat Madura terbentuk melaluiketurunan-keturunan, baik dari keluarga berdasarkan garis keturunan ayahmaupun garis ibu paternal and maternal pada umumnya ikatankekerabatan antar sesama anggota keluarga lebih erat dari garis keturunan ayah sehingga cenderung “mendominasi”. Penyebutan untuk masing-masingindividu dari suatu ikatan keluarga berbeda antara satu genetasi dengangenerasi yang ada sistem kekerabatan masyarakat Madura dikenal tiga kategorisanak keluarga kin’s men, yaitu taretan dalem kerabat inti atau core kin,taretan semma’ kerabat dekat atau close kin dan taretan jhau kerabat jauhatau perpheral kin. Diluar tiga kategori ini disebut oreng lowar orang luaratau “bukan saudara”. Dalam kenyataan, meskipun seseoranag sudahdianggap sebagai oreng lowar, bisa jadi hubungan persaudaraan lebih akrabdari keluarga inti, dekat atau jauh, misalnya karena ada ikatan perkawinanatau kin antar sesama kerabat dijaga agar tetap kuat, biasanyadilakukan dengan aktivitas-aktivitas sosial, seperti saling mengunjungi baikdalam suasana suka pertunangan, pernikahan maupun duka sakit, kematiandan terkena musibah. Bahkan untuk menjaga kekerabatan dan menjalinkembali ikatan kekerabatan yang dianggap telah mulai longgar atau hamperputus karena proses perjalanan waktu, orang Madura mempunyai kebiasaanmelakukan pernikahan antar anggota keluarga kin group endogamy.Kebiasaan yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan tampaknya telahberlangsung sejak zaman kerajaan, yaitu sekitar abad ke-13. KebudayaanMadura mengenal juga pernikahan yang harus dihindari, yaitu antara anakdari ssaudara laki-laki sekandung sepupu yang disebut arompak balli atautempor balli. Menurut kepercayaan masyarakat Madura, jika pernikahan tersebutdilangsungkan maka akan membawa malapetaka bagi yang antar anggota keluarga yang diyakini tidak membawa malapetakaatau justru dapat tetap memelihara, mempertahankan, dan melestarikanhubungan-hubungan keakraban oleh orang Madura disebyt mapolong tolangmengumpulkan tulang yang bercerai-berai. Bagi keluarga kaya, pernikahanini biasanya terselip maksud yang bersifat ekonomi. Artinya, pernikahan antar anggota keluarga dimaksudkan untuk menjaga agar harta kekayaan yangdimiliki tidak jatuh kepada orang lain oreng lowar. [CITATION Hsa \l1033 ]. BAB SimpulanOrang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapatditemukan di berbagai wilayah tanah air. Pada umumnya alasan desakanekonomi dan faktor kelangkaan sumber daya alam, yang mendorong orang-orang dari berbagai suku bangsa ini harus tinggal di rantau. Sesungguhnyaorang Madura termasuk kategori suku bangsa Jawa juga, meskipun agakberbeda dengan suku bangsa Jawa lainnya. Beberapa karakter dasar orangMadura adalah ejhin secara harfiah berarti sendiri-sendiri, kaku dan kasargherra, kukuh koko, dan saduhuna apa adanya. Salah satu tradisi yangamat penting bagi masyarakat madura adalah andhap-ashor kesopanan yangharus dijunjung tinggi. Simbol keagamaan yang seringkali digunakan adalahkiyai. Itulah yang menyebabkan lapisan atas pada strtifikasi sosial ditempatioleh para kiyai. Suku Madura merupakan salah satu daerah miskin yang ada diJawa Timur, Pendidikan masyarakat madura umumnya masih terbilang sistem kekerabatan masyarakat Madura dikenal tiga kategori sanakkeluarga kin’s men, yaitu taretan dalem kerabat inti atau core kin, taretansemma’ kerabat dekat atau close kin dan taretan jhau kerabat jauh atauperpheral kin. Diluar tiga kategori ini disebut oreng lowar orang luar atau“bukan saudara”. SaranDengan adanya makalah ini, penulis berharap agar penulis danmasyarakat lain yang membaca makalah ini dapat mempelajari dan memahamitentang sistem kemasyarakatan yang ada pada masyarakat Madura. DAFTAR PUSTAKAH. Cahyono. 2019. Model mediasi Penal Dalam Penanggulangan KonflikKekerasan Carok Masyarakat Madura Berdasarkan Local A. Rifai. 2007. Manusia Madura pembawaan, perilaku, etos kerja,penampilan, dan pandangan hidupnya seperti dicitrakan bahasanya. JakartaPilar Syamsuddin. 2015, September 13. Agama, Migrasi dan Orang from http// Totok. 2012. Orang Madura Suatu Tinjauan Antropologis. JurnalHumanus Universitas Negeri Semarang Vol. XI Th. 2012Hidayat, Ainurrahman. 2009. Karakter Orang Madura Dan Falsafah Politik KASRSA STAIN PamekasanElly Touwen-Bouwsa. 1989. Kekerasa di Masyarakat Madura. dala Huub de Jogeed, Agama, Kebudayaan, dan Ekonomi Studi-Studi Interdisipliner TentangMasyarakat Madura, Jakarta Rajawali Pers, 1989, Sulaiman. 2010. Kearifan Lokal Madura. Malang Diknas Jatim ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Assalamualaikum wr wb sobat semua... Menurut wikipedia Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Oke, saya kira tidak perlu saya jelaskan panjang lebar, langsung saja anda simak Makalah Konflik Sosial ini sampai habis... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik sosial di dalam lingkup masyarakat yang ada di Indonesia sering disebabkan oleh adanya perbedaan status sosialt. Dimana jabatan serta kekayaan sebagai acuan untuk mencapai sebuah keinginan bagi orang yang memilikinya, dalam arti bahwa yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin. Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah adanya persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan kebudayaan umum lokal, dan dengan kebudayaan nasional. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial ini memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Perjalanan sejarah bangsa Indonesia mendemonstrasikan hubungan antar etnik dan agama telah berulangkali mengalami pasang surut yang memprihatinkan. Bahkan dalam banyak kasus, kerusuhan atau peperangan antarsuku dan agama, sering membawa korban yang tidak sedikit dan sulit untuk diatasi. Adanya berbagai konflik ini biasanya mendekatkan kita pada satu konsep Etnosentrisme. Secara formal, Etnosentrisme didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompok sendiri adalah pusat segalanya dan kelompok lain akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok sendiri. Etnosentrisme membuat kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri. Manusia merupakan sekumpulan individu yang membentuk sistem sosial tertentu dan secara bersama-sama, memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai, dan hidup dalam satu wilayah tertentu dengan batas tertentuserta memiliki pemerintahan untuk mengatur tujuan-tujuan kelompoknya atau individu dalam organisasinya. Dalam masyarakat itu kemudian semakin lama terbentuk suatu struktur yang jelas yaitu terbentuknya kebiasan-kebiasan, cara usage, nilai/norma, dan adat istiadat. Struktur sosial yang terbentuk ini kemudian lama-kelamaan menyebabkan adanya spesilisasi dalam masyarakat yang mengarah terciptanya status sosial yang berbeda antar individu. Setiap manusia dihadapan Tuhan adalah sama. Pernyataan tersebut merupakan hal yang secara universal diakui oleh manusia. Namun dalam masyarakat, dipandang ada yang berbeda karena status yang dimiliki. Perjalanan proses pembangunan tak selamanya mampu memberikan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Pembangunan yang dilakukan di masyarakat akan menimbulkan dampak sosial dan budaya bagi masyarakat. Pendapat ini berlandaskan pada asumsi pembangunan itu adalah proses perubahan sosial dan budaya. Selain itu masyarakat tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur pokok pembangunan itu sendiri, seperti teknologi dan birokrasi. Dalam lingkungan masyarakat dapat dilihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial pengkelas-kelasan atau diferensiasi sosial pembeda-bedaan. Perbedaan status sosial di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan peran yang dimiliki sesuai dengan status sosial yang melekat pada diri seseorang. Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan setiap individu dalam suatu masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau yang lebih dikenal dengan stratifikasi sosial. Esensi dari stratifikasi sosial adalah setiap individu memiliki beberapa posisi sosial dan masing-masing orang memerankan beberapa peran, sehingga hal ini memungkinkan untuk mengklasifikasikan individu-individu kedalam kategori status-peran,dimana perangkingan didasarkan atas posisi relative dari peran-peran yang mereka mainkan secara keseluruhan. Pada zaman kuno, sebagaimana yang dikemukaan oleh Aritoteles, mengatakan bahwa di dalam tiap Negara terdapat tiga unsur yaitu, mereka yang kaya sekali, mereka yang miskin, dan mereka yang ada ditengah-tengahnya. Hal itu menunjukkan pada zaman dahulu orang telah mengenal dan mengakui adanya sistem pelapisan dalan masyarakat sebagai akibat adanya sesuatu yang mereka anggap berharga, sehingga ada yang mempunyai kedudukan diatas dan pula di bawah. Pada umumnya mereka yang menduduki lapisan atas tidak hanya memeiliki satu macam saja dari sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukan yang tinggi tersebut bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak, misalnya, akan mudah mendapatkan tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, bahkan mungkin kehormatan tertentu. Cara yang paling mudah untuk mengerti pengertian konsep sratifikasi sosial atau perbedaan status sosial adalah dengan berfikir membanding-bandingkan kemampuan, baik kemampuan kecerdasan, jabatan, maupun ekonomi, dan apa yang dimiliki anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian plularitas? 2. Apa yang dimaksud dengan status sosial ekonomi? 3. Apa sajakah faktor penyebab terjadinya perbedaan status sosial ekonomi? 4. Apa sajakah dampak perbedaan status sosial ekonomi masyakat? 5. Bagaimanakah konflik status sosial yang terjadi di masyarakat? 6. Darimanakah sumber terjadinya konflik status sosial di masyarakat? 7. Apa sajakah bentuk-bentuk konflik sosial? 8. Bagaimana solusi dari konflik status sosial di masyarakat? 9. Bagaimanakah konflik ekonomi dan solusi dari konflik ekonomi di masyarakat? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian plularitas. 2. Mengetahui pengertian status sosial ekonomi. 3. Mengetahui faktor penyebab terjadinya perbedaan status sosial ekonomi. 4. Mengetahui dampak perbedaan status sosial ekonomi masyakat. 5. Mengetahui konflik status sosial yang terjadi di masyarakat. 6. Mengetahui sumber terjadinya konflik status sosial di masyarakat. 7. Mengetahui bentuk-bentuk konflik sosial. 8. Mengetahui solusi dari konflik status sosial ekonomi di masyarakat. 9. Mengetahui konflik ekonomi dan solusi dari konflik ekonomi di masyarakat. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Plularitas Saat kita diajukan sebuah pertanyaan tentang negara dengan jumlah pulau terbanyak, pastilah akan muncul jawaban Indonesia. Ya, secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 13 ribu pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing pulau dihuni oleh komunitas masyarakat yang memiliki karakteristik sosial, budaya dan bahkan nilai dan keyakinan serta agama yang berbeda. Hal ini tercermin dari 300 lebih kelompok etnis yang ada di Indonesia sehingga Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki keragaman budaya terbanyak. Dari berbagai macam suku bangsa di Indonesia dengan beragam hasil kebudayaannya menjadikan tantangan dalam menciptakan sebuah integrasi sosial. Dengan struktur sosial yang sedemikian kompleks, sangatlah terbuka bagi Indonesia untuk selalu menghadapi konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan sulit membangun integrasi secara tetap. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penanaman konsep pluralisme. Pluralisme dalam perspektif filsafat budaya merupakan konsep kemanusiaan yang memuat kerangka interaksi dan menunjukkan sikap saling menghargai, saling menghormati, toleransi satu sama lain dan saling hadir bersama atas dasar persaudaraan dan kebersamaan; dilaksanakan secara produktif dan berlangsung tanpa konflik sehingga terjadi asimilasi dan akulturasi budaya. Pluralitas tidak bisa dihindarkan apalagi ditolak meskipun golongan tertentu cenderung menolaknya karena pluralitas dianggap ancaman terhadap eksistensi komunitasnya. Sebenarnya pluralisme merupakan cara pandang yang bersifat horisontal, menyangkut bagaimana hubungan antarindividu yang berbeda identitas harus disikapi. Sementara kebudayaan dapat dimaknai sebagai fenomena material, sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar Koentjaraningrat, 1980 193. Kebudayaan dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. Sehingga suatu kebudayaan bukanlah hanya akumulasi dari kebiasaan folkways dan tata kelakuan mores , tetapi suatu sistem perilaku yang terorganisasi. Penggalian budaya nasional bukan diarahkan konformisme budaya, tetapi lebih diarahkan pada totalitas nilai dan perilaku yang mencerminkan hasrat dan kehendak masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara sehingga mempunyai dua arah pokok yaitu fungsi pelestarian dan fungsi pengembangan. Fungsi pelestarian diarahkan pada pengenalan dan pendalaman nilai-nilai luhur budaya bangsa yang bersifat universal, dan merupakan kekayaan budaya bangsa yang tak ternilai harganya, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh rasa cinta tanah air dan kebanggan nasional. Dalam fungsi pengembangan diarahkan pada perwujudan budaya nasional yaitu perpaduan keragaman budaya tradisional ditambah dengan nilai-nilai baru yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal yang berlaku dalam budaya masyarakat, guna memperkaya budaya bangsa dan mempekukuh jati diri dan kepribadian bangsa. Pluralisme masyarakat dalam tatanan sosial agama, dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak ternilai karena diunggulkannya suatu nilai oleh seseorang atau sekelompok masyarakat, bukan berarti tidak dihiraukannya nilai-nilai lainnya melainkan kurang dijadikannya sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku dibandingkan dengan nilai yang diunggulkannya. Ciri utama masyarakat majemuk plural society sendiri menurut Furnivall 1940 adalah orang yang hidup berdampingan secara fisik, tetapi karena perbedaan sosial mereka terpisah-pisah dan tidak bergabung dalam sebuah unit politik. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk pluralistic society. Hal tersebut dapat dilihat pada kenyataan sosial dan semboyan Bhinneka Tunggal Eka berbeda-beda namun satu jua. Kemajemukan Indonesia juga didukung dengan status negara ini sebagai negara berkembang, yang selalu mengalami perubahan yang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan, baik perubahan sistem ekonomi, politik sosial, dan sebagainya, dan dalam kenyataan tidak ada satupun gejala perubahan sosial yang tidak menimbulkan akibat terhadap kebudayaan setempat. Masyarakat Indonesia dan kompleks kebudayaannya, masing-masing plural jamak dan heterogen anekaragam. Pluralitas sebagai kontradiksi dari singularitas mengindikasikan adanya suatu situasi yang terdiri dari kejamakan, yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat yang tidak bisa disatu kelompokkan dengan yang lainnya, demikian pula dengan kebudayaan mereka. Sementara heterogenitas merupakan kontraposisi dari homogenitas, mengindikasikan suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya. B. Pengertian Status Sosial Ekonomi Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya menurut Ralph Linton. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial nya rendah. Sratifikasi sosial adalah dimensi vertikal dari struktur sosial masyarakat, dalam artian malihat perbedaan masyarakat berdasarakn pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertikal dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup. Soerjono soekanto mengatakan sosial sratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Sratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi,dalam artian kita tidak akan menemukan masyarakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu. Lebih lanjut Soerjono mengemukakan, di dalam setiap masyarakat dimana pun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, darah biru, atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat, atau apapun yang bernilai ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Di lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan hewan ternak,sering kali dianggap jauh lebih berharga daripada gelar akademis, misalnya. Sementara itu dilingkungan masyarkat kota yang modern, yang sering kali terjadi sebaliknya. Menurut Karl Max, kelas sosial utama terdiri atas golongan proletariat, golongan kapitalis borjuis dan golongan menegah borjuis rendah. Pendapat diatas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi sosial sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimana pun juga keberadaannya pasti didapatkan pelapisan sosial tersebut. Apa yang dikemukakan oleh Karl Marx adalah salah satu bukti adanya sratifikasi sosial dalam masyarakat sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan cerita yang sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas. Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakian modern dan kompleks,stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak. Pitirim A. Sorokin mengemukaan bahwa sistim pelapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup dengan teratur. Mereka yang memiliki barang atau sesuatu yang lebih berharga dalam jumlah yang banyak akan menduduki lapisan atas dan sebaliknya mereka yang memiliki dalm jumlah yang relatif sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali akan dipandang mempunyai kedudukan yang rendah. Lebih lanjut Sorokin mengemukaan, stratifikasi sosial adalah pembendaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat hirarkis. Perwujudannya adalah adanya kelas-kalas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat. C. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Status Sosial Ekonomi Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibat dari hal tersebut adalah distribusi di dalam masyarakat tidaklah yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah. Barang sesuatu yang dihargai tersebut menurut Paul B Horton dan yang dikutip oleh Anshari adalah 1. Kekayaan dan penghasilan. Kekayaan dan penghasilan merupaka dua hal yang berkaitan erat; dimana penghasilan banyak kekayaan juga meningkat. Faktor ekonomi ini akan menjadi salah satu ukuran dari stratifikasi sosial yang ada. Mereka yang kaya dan memiliki penghasilan yang besar akan menduduki kelas atas; sedangkan mereka yang miskin dan tidak berpenghasilan berada pada kelas bawah. 2. Pekerjaan Pekerjaan disamping sebagai sarana dalam menghasilkan pendapatan juga merupakan status yang mengandung didalamnya prestise penghargaan. Jenis pekerjaan akan menentukan penghasilan seseorang dan juga penghargaan masyarakat akan seseorang yang memiliki pekerjaan. Seperti Karl Mark yang membedakan kelas borjuis sebagai orang yang memiliki modal atau capital dan proletariat sebagai orang yang hanya memiliki tenaga saja atau sebagai buruh. 3. Pendidikan Pendidikan secara bertingkat ada dalam masyarakat, misalnya dibedakan menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Penjenjanggan ini sekaligus menyatakan bahwa pendidikan adalah dimensi vertikal dari stratifikasi sosial . Mereka yang lulus dari pendidikan tinggi biasanya diberikan gelar sesuai dengan keahliannya tersebut seperti gelar SE dan SH dibelakang nama yang menunjukkan bahwa mereka yang mencantumkan SE dan SH adalah mereka yang lulus dari pendidikan tinggi dengan keahlian bidang ekonomi untuk SE kepanjangan dari sarjana ekonomi, dan gelar SH bagi mereka yang tamat dari pendidika tinggi dari fakultas Hukum, SH sajarna Hukum. Mereka yang tamat dari jurusan sosiologi menggunakan gelar kepanjangan dari sajarna sosiologi. Gelar ini pada jenjang S1. Mereka yang menamatkan diri dari pendidikan menengah dan pendidikan dasar mereka belum mendapat gelarkarena belum mempunyai keahlian tertentu. S2 dan Doktor untuk jenjang S3. Mereka yang memiliki gelar baik S1, S2 maupun S3 akan memiliki jenjang stratifikasi sosial atas dibandingkan dengan mereka yang tamat pendidika menengah SMP dan SMA maupun yang tamat SD dan bahkan tidak tamat SD dan tidak sekolah. Sosiolog lain yaitu Soerjono Soekanto mengatakan bahwa kriteria yang memjadikan masyarakat berlapis-lapis adalah ukuran kekayaan, ukuran menandakan adanya kuantitas atau jumlah dari sesuatu hal. Jika ukuran kekayaan berarti ada jumlah tertentu tentang kekayaan yang dapat dijadikan sebagai suatu tolak ukur. Dari sinilah didapatkan ukuran kekayaan yang tinggi atau banyak, ukuran sedang cukup dan ukuran sedikit atau miskin. Kekayaan sebagai ukuran dalam bentuk stratifikasi sosial walau ada kuantitas tepai pada dasarnya adalah relative untuk suatu masyarakat. 4. Ukuran Kekuasaan Ukuran kekusaan yang didefenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku seseorang maupun kelompok agar berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang memiliki kekuasaan menjadi tolak ukur dari strartifikasi sosial yang ada dalam masyarakat. Ukuran kekuasaan akan terkait dengan besar kecilnya dan luas sempitnya pengaruh yang dimiliki seseorang dalam masyarakat. Semakin luas tinggi pengaruh yang dimiliki oleh seseorang semakin tinggi stratifikasi yang dimilikinya dan semakin rendah dan sempit dan bahkan tidak memiliki pengaruh keberadaan sesorang dalam masyarakat semakin rendah stratifikasi sosial nya. Kekuasaan yang dimiliki seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat formal saja seperti pejabat pemerintah setempat maupun pejabat pemerintah yang lain. Kekuasaan tersebut berupa kepatuhan dan ketaatan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang menjadi sasaran atau perntahnya. Seorang Kyai memberikan saran kepada seseoran untuk menghentikan minum miras atau merokok dan yang bersangkutan langsung menghentikan tndakannya, maka kyai tersebut memeiliki kekeuasaan yang tinggi atau kuat; demikian halnya orang lain jika apa yang mereka kehendaki dan orang melakukannya, maka orang tersebut memiliki kekuasaan yang tinggi atau kuat. 5. Ukuran Kehormatan Kehormatan yang diperoleh oleh sesorang bukanlah dari dirinya, melainkan penilaian yang datang dari orang lain. Apakah seseorang dihormati atau tidak oleh orang lain sangat tergantung pada orang lain, bukan bersumber pada dirinya. Penghormatan bagi seseorang bukan muncul sesaat, melainkan melalui proses waktu dan evaluasi penghormatan dengan demikian bersifat obyektif bukan bersifat subyektif. Penghargaan bagi sessorang dalm wujud penghormatan dapat bersumber pada kepribadian seseorang tersebut karena kejujuran, ketaqwaan beragama, berani karena benar rendah hati maupun perilaku yang di tunjuk dalam setiap harinya seperti suka menolong, memberikan nasehat kepada kepada yang membutuhkan dan sebagainya yang setiap saat dievalusi oleh anggota masyarakat yang lain. Penghormatan tersebut diwujudkan orang lain akan memberikan hormat lebih dahulu atau mengulurkan tangan berjabat tangan menempatkan duduk dalam suatu pesta atau pertemuan di depan sendirin atau di tempat yang pas dengan kehormatannya. 6. Ukuran Ilmu Pengetahuan Ukuran Ilmu Pengetahuan akan meliputi dua ukuran yaitu Pertama, ukuran formal yaitu ijasah sebagai ukurannya semakin tingi gelar atau ijasah yang dimiliki semakin tinggi strata sosial nya dan semakin rendah yang dimiliki, maka semakin rendah pula strata sosial nya. Kedua, ukuran non-formal adalah profesional atau keahlian yang mereka miliki melalui ketrampilan yang dia lakukan. Mereka memperoleh keahlian tersebut tidak melalui jalur pendidikan formal. Pakar pengobatan alternatif mereka memperoleh keahliannya bukan belajar difakultas kedokteran, melainkan diperoleh dari luar pendidikan formal yang ada. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur terjadinya sistem pelapisan sosial dalam masyarakat adalah 7. Kedudukan Status Kedudukan status sering kali juga dibedakan dengan kedudukan sosial sosial status. Kedudukan adalahsebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial ,sehungan dengan orang lain dalam kelompok tersebutatau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi. 8. Peran Rore Selain kedudukan dan peran disamping unsur pokok dalam sistem berlapis-lapis dalam masyarakat, juga mempunyai arti yang sangat penting bagi sistem sosial masyarakat. Status menunjukkan tempat atau posisi seseorang dalam masyarakat, sedangkan peran menunjukan aspek dinamis dari status, hal ini merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang menduduki status tertentu. Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya,hak-hak dan kewajibannya. Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompokn yang berbeda, tapi kedudukan sosial tersebut mempengaruhikedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda. Oleh karena kedudukan sering diartikan sebagai tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial , maka seseorang juga mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Hal ini disebabkan seseorang yang biasanya ikut dalam berbagai kelompok sosial. Kedudukan, apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, hanyalah merupakan kumpulan hak dan kewajiban. Namun, karena hak dan kewajiban itu hanya dapat terlaksanakan melalui perantara individu, maka sulit untuk memisahkannya secara masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu a Ascribed Status Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed status dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup, seperti sistem pelapisan perdasarkan perbedaan ras. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dalam masyrakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga akan berbeda dengan kedudukan isteri dan anak-anaknya, karena pada umumnya laki-laki ayah akan menjadi kepala keluarga. b Achieved Status Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, hakim, guru, dan sebagainya, asalkan memnuh persyaratan yang telah ditentukan. Dengan demikian tergantung pada masing-masing orang apakah sanggup dan mampuh memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak. Disamping kedua kedudukan tersebut di atas, sering kali dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned-status,kedudukan yang diberikan. Assigned-status, artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang karena telah berjasa kepada masyarakat. Di atas telah dijelaskan bahwa seseorang dalam masyarakat dapat memiliki beberapa kedudukan sekaligus, akan tetapi biasanya salah satu kedudukan yang selalu menonjol itulah yang merupakan kedudukan yang utama. Dengan melihat kedudukan yang menonjol tersebut, yang bersangkutan dapat digolongkan ke dalam strata atau lapisan tertentu dalam masyarakat. D. Dampak Perbedaan Status Sosial Ekonomi Masyarakat Sebagian pakar menyakini bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak masyarakat mengenal kehidupan bersama. Terjadinya stratifikasi sosial atau sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem pelapisan yang terjadi dengan sendirinya artinya tanpa disengaja,dan sistem pelapisan yang terjadi karena dengan sengaja disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya atau tidak disengaja misalnya, lapisan yang didasarkan pada umur, jenis kelamin, kepandaian, sifat, keaslian keanggotaan kerabat kepala masyarakat, mungkin pada batas-batas tertentu berdasarkan harta. Sedangkan sistem lapisan dalam masyarakat yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata dan sebagainya. Kekuasaan dan wewenang itu merupakan sesuatu unsur khusus dalam sistem pelapisan masyarakat yang mempunyai sifat lain daripada uang, tanah, dan benda ekonomis lainya. Hal ini disebabkan uang, tanah, dan jenisnya dapat dibagi secara bebas dalam masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat. Namun demikian, apabila suatu masyarakat hendak hidup teratur dan keutuhan masyarakat tetap terjaga maka kekuasaan dan wewenang harus pula dibagi-bagikan secara taratur, sehingga setiap orang akan jelas dimana kekuasaan dan wewenangnya dalam organisasi, baik secara horizontal maupun vertikal. Secara teoritis diakui bahwa manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi dalam kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial tidak demikian halnya. Dengan demikian pembedaan ke dalam lapisan-lapisan merupakan gejala universal serta merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat. Status sosial adalah merupakan kedudukan, peranan, dan tanggung jawab seseorang dalam masyarakatnya. Status itu dikategorikan dalam dua bagian status karena seseorang mewarisi dari keturunannya ascribed status, dan status sosial yang digenggam sebab prestasi yang diperoleh achieved status. Kelompok ascribed status bertali temali dengan keturunan, kelahiran dan warisan yang mereka peroleh dari orang tua atau kakek buyut, dan tidak dibutuhkan jerih lelah untuk masuk dalam kategori ini. Dalam masyarakat sederhana, karakteristik ascribed status dipandang sebagai suksesi yang tidak pernah diperdebatkan. Sebaliknya, orang yang dikelompokkan dalam kategori achieved status adalah orang yang harus berjerih lelah, untuk menghasilkan sesuatu yang diakui oleh masyarakat luas. Tidak dikenal paham suksesi, yang berlaku adalah usaha dan prestasi. Fenomena dan realitas sosial serupa mencolok dalam masyarakat maju, di mana kontestasi merupakan syarat menuju puncak prestasi. Kedua model status sosial itu terpatri dalam benak masyarakat, diakui, diupayakan – kendati pun dicemooh – tetapi telah berlangsung berabad-abad dalam peradaban manusia. Untuk memahami eksistensi dua status sosial itu, kita mudah mencari, apakah kontribusi mereka bagi masyarakat dan lingkungan sosial pada zamannya. Status sosial atau yang sering disebut stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu ketidakseimbangan yang sistematis dari kesejahteraan, kekuasaan dan prestise gengsi yang merupakan akibat dari adanya posisi sosial rangking sosial seseorang di masyarakat. Sedangkan ketidakseimbangan dapat didefinisikan sebagai perbedaan derajat dalam kesejahteraan, kekuasaan dan hal-hal lain yang terdapat dalam masyarakat. Adanya perbedaan status sosial dalam hal ini menyangkut perbedaan perekonomian, dapat menimbulkan adanya kecemburuan sosial, kesejahteraan yang tidak merata, bahkan bisa menyebabkan perbuatan yang melanggar hukum. Perbedaan status sosial ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama yang berada pada lapisan bawah. E. Konflik Status Sosial Adanya perbedaan status sosial ekonomi dapat menimbulkan konflik sosial tersendiri bagi masyarakat. Konflik sosial berarti pertentangan antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras, jenis kelamin, kelompok, status ekonomi, status sosial , bahasa, agama, dan keyakinan politik, dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis. Baik dalam masyarakat homogen maupun dalam masyarakat majemuk. Konflik sosial dapat terjadi karena adanya perbedaan yang disebabkan adanya ketidak-adilan dalam akses pada sumberdaya ekonomi dan politik. Adanya ketidak-adilan akses pada sumberdaya ekonomi dan politik memperparah berbagai prasangka yang sudah ada di antara kelompok-kelompok sosial. Konflik sosial merupakan hal yang sering terjadi mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus dicegah adalah konflik yang menjurus pada pengrusakan dan penghilangan salah satu pihak atau para pihak yang berkonflik. Oleh karena itu konflik harus dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum yang berarti melalui jalan damai. Macam-macam Konflik Status 1. Konflik Status bersifat Individual Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh a Seorang wanita harus memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga b Seorang anak harus memilih meneruskan kuliah atau bekerja . 2. Konflik Status Antar Individu Konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. Contoh a Perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga b Tono beramtem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka. F. Sumber Konflik Sosial Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut 1 perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan, 2 langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi, dan 3 persaingan. Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul Johnson & Johnson, 1991. Menurut Anoraga dalam Saputro, 2003 suatu konflik dapat terjadi karena perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif. 1. Perbedaan pendapat Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya. 2. Salah paham Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain. 3. Ada pihak yang dirugikan Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci. 4. Perasaan sensitif Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan. Baron & Byrne dalam Kusnarwatiningsih, 2007 mengemukakan konflik disebabkan antara lain oleh perebutan sumber daya, pembalasan dendam, atribusi dan kesalahan dalam berkomunikasi. Sedangkan Soetopo 2001 juga mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya konflik, antara lain a ciri umum dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik b hubungan pihak-pihak yang mengalami konflik sebelum terjadi konflik c sifat masalah yang menimbulkan konflik d lingkungan sosial tempat konflik terjadi e kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik f strategi yang biasa digunakan pihak-pihak yang mengalami konflik g konsekuensi konflik terhadap pihak yang mengalami konflik dan terhadap pihak lain h tingkat kematangan pihak-pihak yang berkonflik. Ada enam kategori penting dari kondisi-kondisi pemula antecedent conditions yang menjadi penyebab konflik, yaitu a persaingan terhadap sumber-sumber competition for resources b ketergantungan pekerjaan task interdependence c kekaburan bidang tugas jurisdictional ambiguity d problem status status problem e rintangan komunikasi communication barriers f sifat-sifat individu individual traits Robbins, Walton & Dutton dalam Wexley & Yukl, 1988. Schmuck dalam Soetopo dan Supriyanto, 1999 mengemukakan bahwa kategori sumber-sumber konflik ada empat, yaitu a adanya perbedaan fungsi dalam organisasi b adanya pertentangan kekuatan antar orang dan subsistem c adanya perbedaan peranan d adanya tekanan yang dipaksakan dari luar kepada organisasi. Sedangkan Handoko 1998 menyatakan bahwa sumber-sumber konflik adalah sebagai berikut. a Komunikasi salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten. b Struktur pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka. c Pribadi ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi. Berbeda pula dengan pendapat Mangkunegara 2001 bahwa penyebab konflik dalam organisasi adalah 1 koordinasi kerja yang tidak dilakukan, 2 ketergantungan dalam pelaksanaan tugas, 3 tugas yang tidak jelas tidak ada diskripsi jabatan, 4 perbedaan dalam orientasi kerja, 5 perbedaan dalam memahami tujuan organisasi, 6 perbedaan persepsi, 7 sistem kompetensi intensif reward, dan 8 strategi permotivasian yang tidak tepat. Berdasarkan beberapa pendapat tentang sumber konflik sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber konflik dapat berasal dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu misalnya adanya perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan dari lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada. a Faktor Penyebab Konflik 1 Perbedaan individu Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. 2 Perbedaan latar belakang kebudayaan Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. 3 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda- beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka. 4 Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Makalah Konflik Sosial Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan prosesproses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada. G. Bentuk Konflik Sosial Sasse 1981 mengajukan istilah yang bersinonim maknanya dengan nama conflict style, yaitu cara orang bersikap ketika menghadapi pertentangan. Conflict style ini memiliki kaitan dengan kepribadian. Maka orang yang berbeda akan menggunakan conflict style yang berbeda pada saat mengalami konflik dengan orang lain. Sedangkan Rubin dalam Farida, 1996 menyatakan bahwa konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang individu, antar individu, kelompok, organisasi maupun antar negara. Ada banyak kemungkinan menghadapi konflik yang dikenal dengan istilah manajemen konflik. Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya. Soetopo 1999 mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu 1. Konflik tujuan Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif. 2. Konflik peranan Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama. 3. Konflik nilai Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi. 4. Konflik kebijakan Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya. Konflik dipandang destruktif dan disfungsional bagi individu yang terlibat apabila 1. Konflik terjadi dalam frekuensi yang tinggi dan menyita sebagian besar kesempatan individu untuk berinteraksi. Ini menandakan bahwa problem tidak diselesaikan secara kuat. Sebaliknya, konflik yang konstruktif terjadi dalam frekuensi yang wajar dan masih memungkinkan individu-individunya berinteraksi secara harmonis. 2. Konflik diekspresikan dalam bentuk agresi seperti ancaman atau paksaan dan terjadi pembesaran konflik baik pembesaran masalah yang menjadi isu konflik maupun peningkatan jumlah individu yang terlibat. Dalam konflik yang konstruktif isu akan tetap terfokus dan dirundingkan melalui proses pemecahan masalah yang saling menguntungkan. 3. Konflik berakhir dengan terputusnya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam konflik yang konstruktif, kelangsungan hubungan antara pihak-pihak yang terlibat akan tetap terjaga. Sedangkan Handoko 1984 membagi konflik menjadi 5 jenis yaitu 1 konflik dari dalam individu, 2 konflik antar individu dalam organisasi yang sama, 3 konflik antar individu dalam kelompok, 4 konflik antara kelompok dalam organisasi, 5 konflik antar organisasi. Berbeda dengan pendapat diatas Mulyasa 2003 membagi konflik berdasarkan tingkatannya menjadi enam yaitu 1 konflik intrapersonal, 2 konflik interpersonal, 3 konflik intragroup, 4 konflik intergroup, 5 konflik intraorganisasi, dan 6 konflik interorganisasi. Menurut Dahrendorf 1986, konflik dibedakan menjadi 4 macam 1 konflik antara atau dalam peran sosial intrapribadi, misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi konflik peran role; 2 konflik antara kelompok-kelompok sosial antar keluarga, antar gank; 3 konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir polisi melawan massa; dan 4 konflik antar satuan nasional perang saudara. Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut 1 meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok in-group yang mengalami konflik dengan kelompok lain; 2 keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai; 3 perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbul nya rasa dendam, benci, saling curiga dan sebagainya; 4 kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia; dan 5 dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Para pakar teori konflik mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut. 1. Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik. 2. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik. 3. Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut. 4. Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik. H. Solusi Pemecahan Konflik Sosial Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi 1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain. 2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan. 3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda. 4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Kestabilan N Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain. 5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin. Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik sosial adalah 1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya. 2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat. 3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi. 4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas. 5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik. 6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak. I. Konflik Ekonomi dan Solusi Konflik Ekonomi 1. Masalah Kemiskinan Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Namun, sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar 47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia. Upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya program IDT Inpres Desa Tertinggal, KUK Kredit Usaha Kecil, KMKP Kredit Modal Kerja Permanen PKT Program Kawasan Terpadu, GN-OTA dan program wajib belajar. 2. Masalah Keterbelakangan Masalah yang dihadapi adalah rerndahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya, rendahnya pelayanan kesehatan, kurang terpeliharanya fasilitas umum, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, renddahnya tingkat keterampilan, rendahnya tingkat pendidikan formal, kurangnya modal, produktivitas kerja, lemahnya manajemen usaha. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM, pertukranan ahli, transper teknologi dari Negara maju. 3. Masalah pengangguran dan kesempatan kerja Masalah pengangguran timbul karena terjadinya ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan kesempatan kerja yang tersedia. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memeiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi baru, terutama yang bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai lapangan kerja 4. Masalah kekurangan modal Kekurangan modal adalah suatu cirri penting setiap Negara yang memulai proses pembangunan. Kekurangan modal disebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang menyebabkan tabungan dan tingkat pembentukan modal sedikit. Cara mengatasinya melalui peningkatan kualitas SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif. 5. Krisis Nilai Tukar Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sektor swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisa yang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pluralisme dalam perspektif filsafat budaya merupakan konsep kemanusiaan yang memuat kerangka interaksi dan menunjukkan sikap saling menghargai, saling menghormati, toleransi satu sama lain dan saling hadir bersama atas dasar persaudaraan dan kebersamaan; dilaksanakan secara produktif dan berlangsung tanpa konflik sehingga terjadi asimilasi dan akulturasi budaya. Pluralitas tidak bisa dihindarkan apalagi ditolak meskipun golongan tertentu cenderung menolaknya karena pluralitas dianggap ancaman terhadap eksistensi komunitasnya. Sebenarnya pluralisme merupakan cara pandang yang bersifat horisontal, menyangkut bagaimana hubungan antarindividu yang berbeda identitas harus disikapi. Adanya plularitas inilah yang mengakibatkan adanya status sosial ekonomi. Faktor status sosial ekonimi diantaranya ialah; kekayaan dan penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ukuran kehormatan, ukuran kekuasaan, ukuran ilmu pengetahuan, kedudukan dan peran. Perbedaan status sosial akan dapat berdampak pada konflik sosial diantara penyebabnya antara lain; perbedaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan dan perasaan yang sensitif. Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya. Soetopo 1999 mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu Konflik tujuan. Konflik peranan, Konflik nilai, Konflik kebijakan. Untuk mengatasi atau solusi dari konflik status sosial ekonomi di masyarakat permasalahan ekonomi adalah sebuah topik dari banyak topik dalam mempelajari ilmu ekonomi. Dan merupakan topik yang paling banyak dibicarakan baik itu di masyarakat maupun media. Di Indonesia terdapat banyak sekali permasalahan ekonomi. Pemerintah selalu berupaya untuk menghilangkan masalah-masalah ekonomi di negeri kita ini, meskipun belum semuanya dapat terlaksana dan terealisasikan dengan baik. Sebagai warga Negara kita dapat berpartisipasi untuk mengatasi masalah ini. Misalnya dengan cara belajar dengan baik dan membayar pajak B. Saran Dari beberapa konflik yang ada kita bisa menyarankan untuk para orang – orang bersangkutan sebaiknya dari permasalahan ini kita mencari jalan keluar agar masalah yang ada segera untuk menyelesaikan masalah yang ada di sekitar dan di Indonesia. Selain itu, kita bisa mengambil makna dari permasalahan yang ada disekitar. DAFTAR PUSTAKA W. Hefner, Syam, Multikulturalisme Naim, Ngaimin, dkk. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta AR-RUZZ media group. Sakai, Minako. Konflik sekitar Devolusi Kekuasaan Ekonomi dan Politik Suatu Pengantar, The University of New South Wales Demikian Makalah Konflik Sosial ini, semoga bermanfaat..

makalah tentang konflik sosial masyarakat pertanian